Beranda | Artikel
Tafsiran Kalimat LAA ILAHA ILLALLAH menurut para ulama ahli tafsir
Minggu, 8 Februari 2009

Untuk mendukung pendapat kami pada posting sebelumnya mengenai tafsiran laa ilaha illallah, selanjutnya kami akan membawakan perkataan para pakar tafsir mengenai tafsiran ’laa ilaha illallah’ ini, agar kami tidak dianggap membuat-buat tafsiran tersebut. Semoga bermanfaat.

Ath Thobary dalam Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an tatkala menafsirkan firman Allah Ta’ala,

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

”Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada ilah selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. Al An’am [6] : 106), pada kalimat tidak ada ilah selain Dia beliau mengatakan,

لا معبود يستحق عليك إخلاص العبادة له إلا الله

’Tidak ada sesembahan yang berhak bagimu untuk mengikhlaskan ibadah kecuali Allah’.

Begitu juga pada firman Allah Ta’ala,

وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

”Dan Dialah ilah di langit dan ilah di bumi.” (QS. Az Zukhruf [43] : 84), beliau mengatakan,

والله الذي له الألوهة في السماء معبود، وفي الأرض معبود كما هو في السماء معبود، لا شيء سواه تصلح عبادته;

”Allah-lah yang memiliki keberhakan uluhiyyah, Dia-lah satu-satunya sesembahan di langit. Dia-lah pula satu-satunya sesembahan di bumi sebagaimana Dia adalah satu-satunya sesembahan di langit. Tidak ada satu pun selain Allah yang boleh disembah.”

Juga dapat pula dilihat tafsiran beliau pada firman Allah,

وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ

”Bahwasanya tidak ada ilah selain Dia, … ”(QS. Hud [11] : 14), beliau mengatakan,

أن لا معبود يستحق الألوهة على الخلق إلا الله

”Tidak ada sesembahan yang berhak mendapatkan uluhiyyah (disembah oleh makhluk) kecuali Allah.”

Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim mengatakan tentang tafsir firman Allah,

وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ

”Dan Dialah Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia” (QS. Qashash [28] : 70)

هو المنفرد بالإلهية، فلا معبود سواه، كما لا رب يخلق ويختار سواه

”Maksudnya adalah Allah bersendirian dalam uluhiyyah, tidak ada sesembahan selain Dia, sebagaimana tidak ada pencipta selain Dia.”

Asy Syaukani dalam Fathul Qodhir mengatakan tentang firman Allah pada awal ayat kursi,

{ لاَ إله إِلاَّ هُوَ } أي : لا معبود بحق إلا هو

“Laa ilaha illa huw’ bermakna ‘laa ma’buda bihaqqin illa huw’ [tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah].

Begitu juga pada firman Allah,

وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

”Dan Dialah ilah di langit dan ilah di bumi.” (QS. Az Zukhruf [43] : 84), beliau menafsirkan ilah adalah,

معبود ، أو مستحق للعبادة

“Ma’bud (sesembahan) atau yang berhak diibadahi.”

Fakhruddin Ar Rozi -yang merupakan ulama Syafi’iyyah-, dalam Mafatihul Goib mengatakan tentang tafsir ayat,

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ

”(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada ilah selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia.” (QS. Al An’am [6] : 102), di mana tidak ada ilah selain Dia adalah,

لا يستحق العبادة إلا هو ، وقوله : { فاعبدوه } أي لا تعبدوا غيره

”Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, sedangkan yang dimaksudkan oleh ayat ‘maka sembahlah Dia’ adalah jangan menyembah kepada selain-Nya.”

As Suyuthi dalam Tafsir Al Jalalain ketika menafsirkan surat Al Baqarah ayat 255,

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ

”Allah, tidak ada ilah melainkan Dia”, beliau langsung menafsirkannya dengan berkata,

لا معبود بحق في الوجود

”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah di alam semesta ini selain Allah.”

Itulah tafsiran para ulama yang sangat mendalam ilmunya. Tafsiran mereka terhadap kalimat yang mulia ini walaupun dengan berbagai lafadz, namun kembali pada satu makna. Kesimpulannya, makna ‘laa ilaha illallah’ adalah tidak ada sesembahan yang disembah dengan benar kecuali Allah.

Demikian pembahasan kami mengenai tafsiran kalimat yang sangat mulia yaitu kalimat laa ilaha illallah. Kami hanya berharap, semoga dengan tulisan ini dapat memperbaiki kekeliruan yang ada di tengah-tengah kaum muslimin. Amin. Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat.

Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya Muhammad Abduh Tuasikal

Seri terakhir dari tiga tulisan (Lanjutan: Hanya Allah yang Berhak Disembah) Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Baca Juga:


Artikel asli: https://rumaysho.com/194-tafsiran-kalimat-laa-ilaha-illallah-menurut-para-ulama-ahli-tafsir.html